Sabtu, 16 Mei 2009

Cara Belajar Efektif Dengan IT

Kegiatan belajar dan mengajar yang paling sederhana dan mudah dilaksanakan adalah guru berdiri di depan kelas menjelaskan materi pelajaran dan siswa/peserta didik duduk, mendengarkan dan mencatat. Dan metode ini masih banyak kita jumpai dalam dunia pendidikan kita baik pada jenjang SD, SMP, SLTA maupun Perguruan Tinggi. Guru/Dosen sebagai subyek yang dianggap serba tahu dan peserta didik menjadi obyek yang hanya bisa menerima apa yang diterangkan oleh guru karena guru adalah penyedia informasi yang membantu siswa memperoleh kecakapan dan pengetahuan. Dalam konteks proses pembelajaran hal ini menggambarkan sebuah metode pembelajaran yang monoton karena interaksi yang terjadi bersifat satu arah dan peserta didik tidak bisa dieksplorasi kreatifitasnya dengan kata lain proses pengajaran berpusat pada guru.

Seiring dengan perkembangan jaman yang ditandai penemuan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi, sistem pengajaran tradisional yang berpusat pada guru sudah saatnya diubah ke arah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru berperan sebagai fasilitator –pembimbing siswa- yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan kecakapan dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Siswa dapat menggunakan berbagai jenis teknologi untuk melaksanakan riset, berkomunikasi dan menciptakan pengetahuan. Dengan kata lain pendidikan berbasis teknologi saat ini telah menjadi pilihan untuk mempersiapkan manusia yang berkualitas di era globalisasi. Dan dunia pendidikan Indonesia secara lambat laun sudah dipengaruhi oleh keadaan ini sesuai tuntutan jaman.

Tak heran jika kini banyak universitas maupun sekolah yang mengaplikasikan teknologi informasi dalam proses belajar untuk mengakomodasi hal tersebut. Untuk mengakomodasi sistem pendidikan ini, tidak sedikit pihak universitas yang memberikan Notebook secara Cuma-Cuma kepada setiap mahasiswa baru. Notebook ini pun digunakan untuk mempermudah mahasiswa mengakses materi kuliah, tugas, maupun mencari referensi tambahan dengan berselancar di dunia maya, mengingat untuk universitas yang telah mengadopsi sistem pendidikan berbasis ICT ini biasanya juga telah dilengkapi deengan fasilitas hotspot dilingkungan kampus.

Hal ini menjadikan proses belajar bisa dilakukan di mana saja, tanpa terbatas ruang dan waktu. Meski demikian, bukan berarti belajar di kelas dihilangkan begitu saja karena proses belajar secara mandiri ini lebih bersifat pendalaman materi dan memperkaya wawasan mahasiswa.

Di lingkup sekolah

Tidak sedikit pula sekolah yang menerapkan konsep ”melek teknologi” ini dijabarkan dalam metode belajar dan kurikulum sekolah. Pengenalan teknologi pun mulai diperkenalkan sejak dini, ada yang dimulai dari TK dan ada pula yang bermula dari tingkat SD. Tentu saja pengenalan teknologi lewat pembelajaran aplikasi komputer yang diberikan masih sebatas permainan untuk disesuaikan dengan usia mereka.

Lingkungan sekolah pun diberi fasilitas wifi, sehingga baik guru maupun siswa dapat mengakses internet dengan bebas dan mudah. Cara ini juga mendukung siswa untuk lebih rajin memperkaya diri dengan mencari referensi tambahan lewat internet khususnya saat mengerjakan tugas maupun untuk melakukan pengayaan pelajaran lebih mendalam. Disamping itu, proses belajar mengajar pun terasa lebih menyenangkan dengan dilengkapi fasilitas multi media, di mana lewat gambar-gambar yang tersedia dapat lebih membantu anak memahami pelajaran. Konsep Discovery Learning inilah yang seharusnya dikembangkan di setiap jenjang pendidikan sehingga menumbuhkan semangat belajar pada siswa.

Bagaimana mewujudkannya?

Departeman Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai departemen teknis yang melaksanakan kebijakan pendidikan di Indonesia sudah memiliki political will yang kuat guna mewujudkan pembelajaran berbasis elektronik (e-learning). Pembentukan ICT di setiap Kabupaten/Kota merupakan indikasi dari kesungguhan pemerintah dalam pemerataan akses teknologi oleh sekolah di setiap wilayahnya masing-masing. ICT ini sebagai simpul yang pemanfaatanya sebagai sentra sumber belajar, sentra data dan informasi pendidikan serta sentra pengembangan SDM secara luas, khususnya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Terhadap pengembangan SDM dalam tahun anggaran ini telah dilaksanakan program subsidi pelatihan JARDIKNAS (Jejaring Pendidikan Nasional) bagi guru, tata usaha dan pustakawan dengan tujuan setelah pelatihan ini peserta bisa mengembangkan content pembelajaran dan administrasi secar elektronik (e-learning dan e-administration). Dan bekerja sama dengan PT Telkom telah meluncurkan program yang disebut School Net. Mudah-mudahan cara belajar yang efektif dengan teknologi informasi bisa secepatnya terwujud, meskipun banyak sekolah yang fasilitas komputernya masih memprihatinkan. Semoga.

Sembilan Peristiwa Pembelajaran Yang Terjadi Di Kelas

Sembilan Peristiwa Pembelajaran Yang Terjadi Di Kelas , yaitu :
  1. Gaining Attention; yaitu upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.
  2. Informing learner of the objectives; memberitahukan siswa tujuan pembelajaran yang akan mereka capai/peroleh;
  3. stimulating recall of prior learning; guru biasa menyebutnya dengan appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelajaran terkait sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari berikutnya;
  4. Presenting stimulus; setelah itu mulailah dengan menyajikan stimulus;
  5. Providing learning guidance; berikan bimbingan belajar;
  6. Eliciting performance; tingkatkan kinerja;
  7. Providing feed back; alias berikan umpan balik;
  8. Assessing performance; ukur capaian hasil belajar mereka;
  9. Enhancing retention and transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.

Selasa, 12 Mei 2009

Membangun Rasa Percaya Diri

Percaya diri adalah bagian dari alam bawah sadar dan tidak terpengaruh oleh argumentasi yang rasional. Ia hanya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat emosional dan perasaan. Maka untuk membangun percaya diri diperlukan alat yang sama, yaitu emosi, perasaan, dan imajinasi. Emosi, perasaan dan imajinasi yang positif akan meningkatkan rasa percaya diri. Sebaliknya emosi, perasaan dan imajinasi yang negatif akan menurunkan rasa percaya diri. Bagaimana caranya supaya diri kita selalu dikelilingi oleh energi positif yang maksimum? Simak kiat-kiat berikut ini :

1. Menghilangkan Pengaruh Negatif
Sejak lahir dan sepanjang hidup kita mengalami rangsangan positif dan negatif dari lingkungan silih berganti. Orang yang sepanjang hidupnya menerima rangsangan negatif relatif akan memiliki kadar percaya diri yang rendah. Rangsangan negatif dapat berasal dari lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, kantor atau lingkungan pekerjaan, sekolah dan sebagainya.

Apabila kita terperangkap dalam suatu kondisi hubungan antar manusia yang sangat buruk, segera cari solusi. Cara pertama adalah dengan berdamai atau berkompromi dengan lingkungan. Terima kondisi dengan ikhlas. Tapi kalau tidak membawa hasil positif, lebih baik keluar saja dari lingkungan tersebut apapun resikonya.

2. Pengakuan dan Penghargaan
Pengakuan dan penghargaan orang lain terhadap keberadaan, perbuatan atau prestasi kita, akan sangat meningkatkan rasa percaya diri. Masalahnya tidak banyak orang lain yang melakukan hal itu. Hanya orang-orang positif yang mau melakukan hal itu.

Solusinya adalah bergabunglah dengan kelompok orang-orang yang positif. Cara lain, kita bisa memulai dengan melakukan pengakuan dan penghargaan pada diri kita sendiri. Sekecil apapun perbuatan positif yang kita lakukan, akui dalam diri kita, atau beri hadiah kecil-kecilan.

3. Pujian
Sama seperti halnya pengakuan, pujian dapat meningkatkan rasa percaya diri kita. Siapa yang tidak senang kalau ada yang memuji penampilan, kepintaran atau keahlian kita. Pujian pun jarang diberikan pada lingkungan orang yang mayoritas berpikiran negatif.

4. Memanjakan diri
Memanjakan diri itu penting dan perlu. Karena dengan begitu, kita akan merasa sebagai manusia yang berharga dan bisa menghargai orang lain.

5. Beranggapan baik terhadap diri sendiri
Ini cara yang paling mudah untuk meningkatkan percaya diri kita, karena dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

6. Dapatkan input positif melalui panca indra
Input positif dapat diperoleh lewat kisah-kisah heroik, kisah sukses, kisah yang motivatif dan emosional dari tokoh atau pebisnis yang sukses. Kisah-kisah tersebut dapat memotivasi kita untuk berpikir dan bertindak positif. Kita bisa mendapatkan input tersebut dari buku, kaset, dan tv.

7. Biasakan bersikap positif
Mulailah bersikap positif dari diri sendiri dengan melakukannya pada kehidupan sehari-hari. Pastikan memori kita hanya menyimpan peristiwa positif. Pandang orang lain secara imbang dengan diri kita. Selalu berbuat jujur. Dan tunjukan bahwa kita memang punya rasa percaya diri.

Sabtu, 09 Mei 2009

10 Yang Sangat Penting

  1. Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau bagaimanapun keadaannya.
  2. Baca, Telaah dan dengarkan Al-quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada manfaatnya.
  3. Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa arab dengan fasih.
  4. Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.
  5. Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah (dzikir adalah tenang dan tentram ).
  6. Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan bersungguh-sungguh terus-menerus.
  7. Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal ini akan mengganggu dan menyakiti.
  8. Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.
  9. Berta’aruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta, sebab prinsip da’wah kita adalah cinta dan ta’awun (kerja sama).
  10. Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia, maka tolonglah selain itu untuk memanfaatkan waktunya dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.

Jumat, 08 Mei 2009

I L M U

Ilmu Untuk Diamalkan
Setelah saya memperhatikan, hanya sedikit para ulama dan kalangan terpelajar yang mempunyai kesungguhan. Di antara tanda kesungguhan adalah mencari ilmu untuk beramal, sementara kebanyakan dari mereka menjadikan ilmu hanyalah sebagai alat untuk mencari pekerjaan dan mengejar kedudukan. Mereka berbondong-bondong mencari ilmu agar diangkat menjadi hakim atau hanya ingin membuat dirinya sekadar berbeda dari orang lain dan merasa cukup dengan hal itu. (Imam Ibnu al-Jauzy).

Ilmu yang Bermanfaat
Marilah kita memohon kepada Allah ilmu yang bermanfaat untuk kita, karena itulah sumber pengetahuan yang baik. Tatkala kita memiliki ilmu yang berguna, kita pasti mengenal Allah dengan cara yang benar dan kita akan tergerak untuk bekerja sesuai dengan syariat-syariat-Nya dan dengan cara yang diridhai-Nya. Kita pun akan senantiasa dituntun kepada jalan keikhlasan. Asal-muasal segala sesuatu adalah ilmu, dan ilmu yang paling bermanfaat adalah melihat/ membaca perjalanan hidup Rasulullah dan para sahabatnya. Allah berfirman, "Mereka adalah orang-orang yang Allah beri petunjuk, maka ikutilah jejak hidayah mereka." (QS. al-An’am [6]: 90). (Imam Ibnu al-Jauzy)

Instrospeksi Diri
Kekurangan dan kelebihan seseorang akan tampak jika kita terus-menerus menginstropeksi diri. (Imam Ibnu al-Jauzy)

Imam Ibnul Qayyim pernah membahas firman Allah Swt. yang artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang ia lakukan untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian lakukan." (QS. Al-Hasyr: 18). Imam Ibnul Qayyim mengatakan, bahwa perintah Allah dalam ayat tersebut mengandung anjuran kepada setiap orang untuk dua hal. Pertama, mengevaluasi diri masing-masing. Dan kedua, melihat dan menghitung apakah perbekalan yang telah ia persiapkan di dunia sudah cukup saat ia bertemu dengan Allah atau belum.

Jangan Berputus Asa
Janganlah berputus asa karena ia bukan akhlak kaum muslimin. Hakikat hari ini adalah impian hari kemarin, dan impian hari ini adalah kenyataan hari esok. Kesempatan masih luas dan unsur-unsur kebaikan masih kuat dan besar dalam jiwa kalian yang mukmin, meskipun tertutupi oleh berbagai fenomena kerusakan. Yang lemah tidak selamanya lemah, dan yang kuat tidak selamanya menjadi kuat. (Imam Hasan al-Banna)

Jiwa yang Senantiasa Sadar dan Waspada
Andaikata jiwa terus sadar dan waspada, maka ia akan terus melakukan yang terbaik. Jika tidak, maka ia akan terjebak pada perasaan bangga, ketakaburan, dan sikap meremehkan orang-orang lain. Akhirnya, ia akan berkata, "Aku telah memiliki segalanya, aku berhak untuk berbuat apa saja!" Orang seperti itu akan membiarkan hawa nafsunya terjun ke dalam dosa-dosanya. Padahal, kalau saja ia berdiri di pantai kerendahan hati dan jiwa pengabdian pada Allah, akan selamatlah ia. (Imam Ibnu al-Jauzy).

Kebijaksanaan Orang-Orang Bijak
Di antara kebijaksanaan orang yang bijak, hendaknya ia memberi keleluasaan hukum kepada temannya, sedang untuk dirinya memilih hukum yang sempit. Sebab, keleluasaan bagi mereka sebagai bentuk penyertaan ilmu. Sedangkan penyempitan untuk dirinya sendiri sebagai aturan wara’. (Imam Ruwaym bin Ahmad)

Kendala yang Dihadapi Orang yang Menuju Allah
Kendala pertama yang dihadapi oleh orang yang menuju Allah adalah kendala ilmu (Imam al-Ghazali)

Keberanian
Keberanian yang terpuji adalah didasari ilmu dan perhitungan, bukan tatawwur (nekat dan ngawur). Karena itu, orang yang kuat dan perkasa adalah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah hingga dapat melakukan yang mengandung kemaslahatan dan meninggalkan yang tidak mengandung maslahat. Sedangkan orang yang emosional bukanlah pemberani dan juga bukan orang kuat. (Imam Ibnu Taimiyah)

Kemenangan
Sesungguhnya sebuah pemikiran (fikrah) akan menang bila keimanan padanya kuat, keikhlasan untuk memperjuangkannya terpenuhi, semangat untuk menegakkannya bertambah, dan kesiapan untuk berkorban dan beramal untuk merealisasikannya selalu tersedia. (Imam Hasan al-Banna)

Kekuatan Niat dan Motivasi
Jika seseorang datang ke sebuah majelis, hendaknya ia hadir bukan karena lapar, tetapi atas niat dan motivasi yang baik dan harus melupakan niatan-niatan duniawi. Saat itulah hatinya dapat menerima nasehat-nasehat, sehingga ia sadar atas apa yang pernah diperbuatnya dan tertarik untuk melakukan apa yang diketahuinya baik. Ia akan bangkit di atas perahu makrifat-nya. Saat itulah hati mulai sadar atas perbuatan-perbuatan buruk yang pernah dilakukannya, sehingga ia menyesal dan keingintahuannya semakin bertambah besar. (Imam Ibnu al-Jauzy)

Jumat, 01 Mei 2009

Mengenal Anak Clumsy



Clumsy
merupakan gangguan motorik khas. "Gejala"nya mudah dikenali karena berkaitan dengan perkembangan motorik halus. Untuk itu, orang tua harus tahu perkembangan normalnya. Tapi, bisakah clumsy disembuhkan? Sering kita lihat seorang anak begitu keras menekankan pensil saat menulis, sehingga pensilnya patah atau kertasnya malah sobek. Atau seorang anak yang tak mampu menangkap bola dengan baik, sering menjatuhkan benda yang dipegangnya, dan sebagainya. Biasanya orang tua akan memarahi si anak, karena dianggapnya ia sembrono, tak hati-hati. Padahal, terang psikiater anak, Dr. Dwidjo Saputro, SpKJ., si anak sebenarnya mengalami gangguan motorik khas atau disebut clumsy. "Jadi, koordinasi motorik, khususnya motorik halus, tak berkembang dengan baik. Hal ini berkaitan dengan kematangan fungsi otak," jelas pendiri dan pimpinan Klinik Perkembangan Anak dan Kesulitan Belajar Jakarta ini.


Perkembangan Motorik

Kemampuan motorik halus, tutur Dwidjo, diharapkan sudah muncul pada usia sekitar 3 tahun. Sejak bayi, orang tua bisa memantau perkembangan motorik halus tersebut. Misalnya, telapak tangan si kecil terbuka saat umur 3 bulan. Sebulan kemudian ia sudah bisa menyatukan kedua tangannya, lalu di usia 5 bulan bisa memindahkan benda antara kedua tangan dan melemparkan benda pada umur 9 bulan. Selanjutnya di usia 11 bulan sudah menjumput dengan dua jari (pincer grasp) dan genap setahun sudah bisa menggunakan sendok. Kemudian di usia 2 tahun bisa membuka baju sendiri, usia 3 tahun membuka kancing baju, usia 5 tahun memasang tali sepatu, dan sebagainya.

"Itu semua merupakan fungsi-fungsi kehidupan sosial sehari-hari yang diharapkan lingkungan dari seorang anak." Adapun kemunculan kemampuan ini melalui perkembangan sensoris dan motorik. "Perkembangan ini berlangsung pesat sejak bayi sampai usia 3,5 tahun, yang disebut fase sensorimotor. Fase ini merupakan dasar perkembangan kemampuan kognitif atau berpikir anak." Nah, melalui perkembangan sensoris dan motorik yang pesat ini, anak akan mengolah semua rangsang yang ia terima. Misalnya, meraba, menarik, menggenggam, mendorong, melangkah, dan sebagainya. "Dari situlah kemampuan motorik anak mulai timbul." Jadi, melalui pengolahan sensoris motorik ini anak mulai berpikir. Misalnya, mengenal konsep jarak. Anak memahaminya melalui gerakan, yaitu dengan melangkah, "Oh, ini jauh, ini dekat."

Contoh lain, melalui gerakan meraba, anak belajar tentang halus-kasar, licin-kesat, dan sebagainya. "Dengan demikian pemahamannya bukan murni pikiran tapi juga melalui pengalaman bergerak. Anak berpikir secara motorik." Semua itu, lanjut Dwidjo, merupakan informasi yang sangat kaya untuk pengembangan kognitif anak. Sehingga, bila perkembangan motoriknya terhambat, otomatis akan juga menghambat perkembangan kognitif dan perkembangan lainnya seperti sosialisasi, kemampuan untuk menyesuaikan dan melakukan tugas sehari-hari. Bahkan, pada akhirnya juga menghambat perkembangan akademik si anak.

Hal inilah yang tak banyak dipahami oleh orang tua maupun kalangan pendidik, ujar Dwidjo, "Mereka kurang memberi perhatian." Yang justru lebih banyak diperhatikan adalah bentuk gangguan sensoris motorik dalam bentuk kecacatan atau ketidakmampuan yang berat seperti cerebral palsy. "Umumnya orang lebih tertarik mengamati akibatnya, oh, anaknya enggak bisa menulis, enggak mau sekolah. Jadi hanya dilihat dari hasil akademiknya tanpa menyadari apa yang dihadapi oleh anak."

Latihan Untuk Si Clumsy

Jika anak Anda usia 4 tahun, cobalah minta ia mempertemukan ibu jari dengan jari kelingkingnya. Bila ia tak dapat melakukannya, sebaiknya Anda berhati-hati. Atau bila di usia tersebut ia belum bisa memasang tali sepatu atau memegang sendok. Karena, hal ini berarti koordinasinya tidak bagus. "Bisa jadi ia mengalami clumsy," ujar Dwidjo. Langkah terbaik segera berkonsultasi ke dokter ahli syaraf/neurologi anak. Untuk mengenali apakah si kecil termasuk clumsy, orang tua harus tahu tentang perkembangan normal motorik halus. Memang setiap anak berbeda dalam berbagai aspek perkembangannya. Selain dipengaruhi faktor potensi dan kapasitas inteleknya, juga dipengaruhi pola perkembangan perorangan dan keturunan. Yang penting, jangan menganggap enteng setiap kelambatan perkembangan yang dicapainya.

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melatih motorik halus. Misalnya, latihan menjumput, meronce, atau membuat bentuk dari lilin. Dwidjo juga menyarankan orang tua untuk tak menghambat anak yang suka mencorat-coret dinding. "Dengan mencoret-coret, anak melatih kemampuan motorik halusnya. Ini akan menghindari tingkatan clumsy," ujarnya. Bila ada anak yang tak suka menulis di buku, "Mungkin saja ia memang clumsy." Sediakan kertas yang lebar atau tempelkan lembaran kertas di tembok. Bila perlu, buatlah kotak-kotak besar pada kertas yang ditempel di tembok. Setelah itu, ajari anak untuk menulis di dalam kotak. Besoknya, kotaknya diperkecil dan anak diminta mencoret di kotak terkecil. "Tanpa disadari, anak akan mulai mengatur gerakan motorik, sehingga perkembangan motoriknya akan mulai lebih bagus."

Latihan lainnya ialah dengan meminta anak mengepalkan dan membuka telapak tangannya secara bergantian dalam waktu bersamaan. Misalnya, tangan kanan mengepal bersamaan dengan tangan kiri membuka, lalu tangan kiri mengepal bersamaan dengan tangan kanan membuka, dan seterusnya.

Pengaruh Permianan pada Perkembangan Anak



Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Pendapat ini kurang begitu tepat dan bijaksana, karena beberapa ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak :

1. Kesehatan

Anak-anak yang sehat mempunyai banyak energi untuk bermain dibandingkan dengan anak-anak yang kurang sehat, sehingga anak-anak yang sehat menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan banyak energi.

2. Intelligensi

Anak-anak yang cerdas lebih aktif dibandingkan dengan anak-anak yang kurang cerdas. Anak-anak yang cerdas lebih menyenangi permainan-permainan yang bersifat intelektual atau permainan yang banyak merangsang daya berpikir mereka, misalnya permainan drama, menonton film, atau membaca bacaan-bacaan yang bersifat intelektual.

3. Jenis kelamin

Anak perempuan lebih sedikit melakukan permainan yang menghabiskan banyak energi, misalnya memanjat, berlari-lari, atau kegiatan fisik yang lain. Perbedaan ini bukan berarti bahwa anak perempuan kurang sehat dibanding anak laki-laki, melainkan pandangan masyarakat bahwa anak perempuan sebaiknya menjadi anak yang lembut dan bertingkah laku yang halus.

4. Lingkungan

Anak yang dibesarkan di lingkungan yang kurang menyediakan peralatan, waktu, dan ruang bermain bagi anak, akan menimbulkan aktivitas bermain anak berkurang.

5. Status sosial ekonomi

Anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang status sosial ekonominya tinggi, lebih banyak tersedia alat-alat permainan yang lengkap dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan di keluarga yang status ekonominya rendah.

Pengaruh bermain bagi perkembangan anak :

  • Bermain mempengaruhi perkembangan fisik anak
  • Bermain dapat digunakan sebagai terapi
  • Bermain dapat mempengaruhi dan menambah pengetahuan anak
  • Bermain mempengaruhi perkembangan kreativitas anak
  • Bermain dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak
  • Bermain dapat mempengaruhi nilai moral anak

Macam-macam permainan dan manfaatnya bagi perkembangan jiwa anak

A. Permainan Aktif

1. Bermain bebas dan spontan

Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut. Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal baru.

2. Sandiwara

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan, menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata, atau dalam mass media.

3. Bermain musik

Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi, atau memainkan alat musik.

4. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

5. Permainan olah raga

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

B. Permainan Pasif

1. Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

2. Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan, kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

3. Menonton televisi

Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh positif maupun negatifnya.

Membangun Ahlakul Karimah


"Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh”. (Al-A’raaf: 199)

Ayat ini menurut Az-Zamaksyari dan Ibnu Asyur termasuk kategori “Ajma’u Ayatin fi Makarimil Akhlak”, ayat yang paling komprehensif dan lengkap tentang bangunan akhlak yang mulia, karena bangunan sebuah akhlak yang terpuji tidak lepas dari tiga hal yang disebutkan oleh ayat diatas, yaitu mema’afkan atas tindakan dan prilaku yang tidak terpuji dari orang lain, senantiasa berusaha melakukan dan menyebarkan kebaikan, serta berpaling dari tindakan yang tidak patut.

Imam Ar-Razi pula memahami ayat ini sebagai manhaj yang lurus dalam bermu’amalah dengan sesama manusia yang jelas menggambarkan sebuah nilai akhlak yang luhur sebagai cermin akan keluhuran ajaran Islam, terutama di tengah ketidak menentuan bangunan akhlak umat ini.

Secara tematis, mayoritas tema surah Al-A’raaf memang berbicara tentang prilaku dan perbuatan tidak bermoral dan jahil orang-orang musyrik, maka menurut Ibnu ‘Asyur, sesungguhnya ayat ini merupakan solusi yang ditawarkan oleh Al-Qur’an atas perilaku umumnya orang-orang musyrik. Bahkan posisi ayat ini yang berada di akhir surah Al-A’raaf sangat tepat dijadikan sebagai penutup surah dalam pandangan Sayid Quthb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an karena merupakan arahan dan taujih langsung Allah swt kepada Rasul-Nya Muhammad saw dan orang-orang yang beriman bersama beliau saat mereka berada di Makkah dalam menghadapi kebodohan dan kesesatan orang-orang jahiliyah di Makkah pada periode awal perkembangan Islam.

Berdasarkan tematisasi ayat yang berbicara tentang akhlak mema’afkan, maka ayat yang mengandung perintah mema’afkan ternyata ditujukan khusus untuk Rasulullah swt sebagai teladan dalam sifat ini. Dalam surah Al-Baqarah: 109 misalnya, Allah swt memerintahkan Nabi Muhammad saw agar tetap menjunjung tinggi akhlak mema’afkan kepada setiap yang beliau temui dalam perjalanan dakwahnya. Allah swt berfirman, “Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Bahkan dalam surah Ali Imran: 159, Allah menggambarkan rahasia sukses dakwah Rasulullah saw yang dianugerahi nikmat yang teragung dari Allah swt yaitu nikmat senantiasa bersikap lemah lembut, lapang dada dan mema’afkan terhadap perilaku kasar orang lain , “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

Secara redaksional, perintah mema’afkan dalam ayat Makarimil Akhlak di atas bersifat umum dalam segala bentuknya. Ibnu ‘Asyur menyimpulkan hal tersebut berdasarkan analisa bahasa pada kata “Al-Afwu” yang merupakan lafadz umum dalam bentuk “ta’riful jinsi” (keumuman dalam jenis dan bentuk mema’afkan). Mema’afkan disini bisa diartikan sebagai sikap berlapang dada, tidak membalas prilaku buruk orang, bahkan mendoakan kebaikan untuk mereka. Namun tetap keumuman Al-Afwu disini tidak mutlak dalam setiap keadaan dan setiap waktu, seperti terhadap orang yang membunuh sesama muslim dengan sengaja tanpa alasan yang benar, atau terhadap orang yang melanggar aturan Allah swt secara terang-terangan berdasarkan nash Al-Qur’an dan hadits yang mengecualikan keumuman tersebut.

Demi keutamaan dan keagungan kandungan ayat diatas, Rasulullah saw menjelaskannya sendiri dalam bentuk tafsir nabawi yang tersebut dalam musnad Imam Ahmad dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah saw pernah memberitahukan kepadanya tentang kemuliaan akhlak penghuni dunia. Rasulullah saw berpesan: “Hendaklah kamu menghubungkan tali silaturahim dengan orang yang justru berusaha memutuskannya, memberi kepada orang yang selalu berusaha menghalangi kebaikan itu datang kepadamu, serta bersedia mema’afkan terhadap orang yang mendzalimimu”.

Penafsiran Rasulullah saw terhadap ayat diatas sangat jelas korelasinya. Seseorang yang menghubungkan silaturahim kepada orang yang memutuskannya berarti ia telah mema’afkan. Seseorang yang memberi kepada orang yang mengharamkan pemberian berarti ia telah datang kepadanya dengan sesuatu yang ma’ruf. Serta seseorang yang memaafkan kepada orang yang telah berbuat aniaya berarti ia telah berpaling dari orang-orang yang jahil.

Bahkan secara aplikatif, perintah ayat ini mampu membendung emosi Umar bin Khattab saat mendengar kritikan pedas Uyainah bin Hishn atas kepemimpinan Umar. Uyainah berkata kepada Umar, “Wahai Ibnu Khattab, sesungguhnya engkau tidak pernah memberi kebaikan kepada kami dan tidak pernah memutuskan perkara kami dengan adil”. Melihat reaksi kemarahan Umar yang hendak memukul Uyainah, Al-Hurr bin Qays yang mendampingi saudaranya Uyainah mengingatkan umar dengan ayat Makarimil Akhlak, “Ingatlah wahai Umar, Allah telah memerintahkan nabi-Nya agar mampu menahan amarah dan mema’afkan orang lain. Sungguh tindakan engkau termasuk prilaku orang-orang jahil”. Kemudian Al-Hurr membacakan ayat ini. Seketika Umar terdiam merenungkan ayat yang disampaikan oleh saudaranya. Dan semenjak peristiwa ini, Umar sangat mudah tersentuh dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang menegur tindakan atau prilakunya yang kurang terpuji. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas).

Sungguh dalam keseharian kita, di sekeliling kita, tipologi orang-orang jahil, orang-orang yang mengabaikan aturan, norma dan nilai-nilai kebaikan Islam akan sering kita temui. Jika sikap yang kita tunjukkan kepada mereka juga mengabaikan aturan Allah swt, maka bisa jadi kita memang termasuk kelompok orang-orang jahil seperti mereka. Namun kita berharap, mudah-mudahan nilai spritualitas dan moralitas yang telah tertanam selama proses madrasah Ramadhan masih tetap membekas dan mewarnai sikap dan prilaku kehidupan kita, sehingga tampilan akhlak yang mulia senantiasa menyertai ucapan, sikap dan tindakan kita terhadap sesama, untuk kebaikan bersama umat. Allahu A’lam.

Selasa, 28 April 2009

Motivasi Belajar Anak

Oleh: Hermawih Hasan

Beginilah cerita seorang ayah pada waktu makan malam, waktu favorit berkumpul keluarga, di mana suami, isteri dan semua anaknya hadir.

Paman papi pertama bernama Bill Gates. Ia telah bisa membuat program komputer dalam usia tiga belas tahun. Program komputer telah membuatnya terobsesi, sehingga ia merelakan kuliahnya di universitas bergengsi di Amerika.

Lain hari, ayah bercerita lagi, paman papi kedua bernama Steve Jobs, anak yang nakal pada waktu muda dan gemar elektronika. Ia meninggalkan kuliahnya dan berhasil dalam tiga industri yang berbeda yaitu musik, komputer dan film animasi.

Hari berikutnya ayah itu bercerita lagi, paman papi ketiga dan keempat bernama Sergey Brin dan Larry Page. Mereka merelakan program doktornya karena obsesinya untuk mengkomersialkan hasil riset mesin pencarinya.

Ayah itu menjelaskan bahwa tidak selamanya cerita-cerita itu disampaikan tanpa gangguan atau komentar negatif. Anak-anaknya sering nyeletuk, "Kok, paman semuanya kaya tetapi papi tidak banyak uangnya," atau "Pamannya pintar-pintar, kok papi tidak." atau "Bosan ah, cerita paman melulu."

Untuk mengurangi kebosanan, di hari yang lain sang ayah tidak bercerita lagi tentang paman-pamannya. Saudara nenek kamu bernama Ibu Teresa. Ketika diragukan niat baiknya untuk menolong ratusan ribu orang yang harus ditolong, ibu Teresa bertanya, mulai dari angka berapa kamu menghitung sampai sejuta? Ibu itu berkata, mulai dari angka satu.

Lain hari ayah itu bercerita lagi, saudara nenek yang lain bernama Grace Murray Hopper. Ia adalah wanita penemu bahasa pemrograman COBOL. Ia adalah nenek pertama yang mendapatkan pangkat Real Admiral dan wanita pertama yang masih bekerja pada usia delapan puluh tahun di angkatan laut Amerika.

Lain hari ayahnya bercerita lagi. Pada suatu hari seorang anak berlari dengan kencang sambil menangis. Ia duduk di bawah pohon yang rindang sambil meratapi nasibnya dan menangis karena selalu saja prestasi sekolahnya jauh di bawah nilai kakaknya. Tanpa sadar ia melihat pemandangan yang indah di mana tetesan air jatuh ke sebuah batu yang sangat besar. Karena penasaran ia mendatangi lebih dekat dan terkejut ketika melihat batu itu berlobang karena tetesan-tetesan air yang kecil itu. Setelah dewasa anak itu menjadi orang yang terkenal jauh melebihi kakaknya karena hasil karyanya.

Begitulah cerita sang ayah kepada anak-anaknya pada setiap acara favorit keluarga, makan malam. Dan sering juga anak-anaknya mengomel, “Ah bosan, pada suatu hari melulu.”

Hasilnya? Masih saja semangat belajar anak-anaknya jauh dari memuaskan yang tentu saja berakibat pada nilai raport mereka. Namun ayah itu tidak bosan-bosannya dan tidak kenal lelah bercerita selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun, walaupun hasil yang diinginkan masih belum kunjung tiba. Stok ceritanya tidak hanya yang di atas, tetapi sering juga cerita-cerita itu diulang-ulang.

Kadang-kadang, kata sang ayah kepada penulis, sering juga ia bernyanyi sebagai ganti bercerita. Nyanyian itu adalah nyanyian yang biasa dilakukan ketika anak sekolah setingkat SD mulai belajar English Grammar. (Pernah dimuat di surat kabar Kompas pada saat menceritakan seorang bintang NBA).

"Good … Better ... Best
Don’t let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."

Ayah itu bernyanyi terus sampai suatu hari salah satu anaknya mulai mengomentari setelah kalimat “Don’t let us rest.”, " … Ih, capek dech."

Ayah itu bernyanyi dan bercerita, bernyanyi dan bercerita tanpa kenal bosan dan lelah selama berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.

Sampai suatu hari, keajaiban datang kepada anaknya yang sulung, kata sang ayah kepada penulis. Kepala sekolah dibuat kaget dengan lonjakan drastis nilai-nilainya hanya dalam hitungan bulan. Lonjakan nilai anak itu adalah yang paling tinggi di sekolahnya. Penulis memberanikan bertanya, apakah ia ranking pertama? Ah, bukan itu yang penting, jawab sang ayah. Yang penting adalah usahanya untuk mendorong dirinya ke arah potensi terbesarnya, sang ayah menjelaskan lebih lanjut.

Mendengar cerita sang ayah, penulis menjadi sadar dan heran dengan masih banyak orang tua yang tidak atau kurang sabar dalam membimbing anak-anaknya belajar, sehingga banyak yang menggunakan kekerasan atau pemaksaan kehendak dalam memotivasi anak-anak yang masih duduk di tingkat SD.

Itu mengingatkan penulis tentang cerita antara angin dan matahari. Angin dengan kekuatannya mencoba untuk memaksa seseorang agar membuka jaketnya. Semakin angin itu berusaha dengan keras memaksanya, semakin keras orang itu memegang jaketnya agar tidak terbawa angin.

Sedangkan matahari dengan bijak menggunakan kekuatannya membujuk orang itu untuk membuka jaketnya atas keinginan sendiri. Walaupun orang itu sudah berteduh di bawah pohon yang rindang, tetapi panas teriknya matahari membuat orang itu tidak hanya membuka jaketnya tetapi juga bajunya. Matahari memberikan motivasi kepada orang itu, “Agar tidak kepanasan bukalah jaket dan bajumu”.

Penulis menjadi teringat juga tentang cerita angsa dan telur emas dalam buku "The 7 Habits of Highly Effective People" karya Steven R. Covey. Covey menyinggung cerita tentang petani miskin yang menemukan angsa yang menghasilkan telur emas. Karena ketidaksabaran dan keserakahannya, petani itu membunuh angsanya sehingga tidak lagi mendapatkan telur emasnya. Covey kemudian menghubungkan cerita itu dengan P/KP (Produksi dan Kemampuan Produksi).

Penulis menjadi teringat juga tentang teori Montessori dari buku "Kisah Sukses Google" oleh David A Vise dan Mark Malseed, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Inilah sedikit kutipan tentang teori itu.

“Kami berdua sewaktu kecil sama-sama bersekolah di sekolah yang disebut sekolah Montessori. Sistem pendidikan berdasarkan teori Montessori membiarkan anak-anak mengerjakan apapun yang mereka suka ketika mereka berusia enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas, dua belas tahun. Namun setelah itu, karena hormon-hormon yang berlimpah pada anak laki-laki selewat usia itu, guru-guru sengaja memberi tugas-tugas ekstra keras kepada mereka. Sebab jika tidak demikian pikiran mereka akan teralihkan.”

Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.

Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan penulis pada sebuah buku “From Good to Great” karya Jim Collin di mana ia berkomentar bahwa kegagalan justru terjadi pada kategori orang yang terlalu obsesif dengan hasil yang tidak mempunyai kesabaran dalam usahanya.

Komentar sang ayah tentang hasil mengingatkan juga tentang seorang penulis lain yang suaranya pernah sering terdengar di sebuah radio yaitu, Gede Prama dalam bukunya “Kebahagiaan yang Membebaskan”, penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

“Ada yang menyebut ini dengan emptiness. Sebuah terminologi timur yang amat susah untuk dijelaskan dengan kata-kata manusia. Namun Daini Katagiri dalam Returning to Silence menyebutkan: ‘The final goal is that we should not be obsessed with the result, whether good, bad or neutral.’ Keseluruhan upaya untuk tidak terikat dengan hasil. Itulah keheningan. Sehingga yang tersisa persis seperti hukum alam: kerja, dan kerja. Dalam kerja seperti ini, manusia seperti matahari. Ditunggu tidak ditunggu, besok pagi ia terbit. Ada awan tidak ada awan matahari tetap bersinar. Disukai atau dibenci, sore hari di mana pun ia akan terbenam”

Seorang raja bijak pernah berkata, aku adalah raja di raja dengan kekayaan yang tidak akan pernah disamai oleh siapapun di dunia. Tetapi kekayaan ternyata sia-sia. Aku adalah raja dengan kekuasaan besar. Tetapi kekuasaan ternyata sia-sia. Tetapi aku berkata kepadamu, berbahagialah orang yang makan minum dari hasil kerjanya. Berbahagialah orang yang mencintai pekerjaannya. Kerja dan kerja dan kerja seperti matahari yang pasti terbit dan terbenam.

Sang Ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil.

Penulis menjadi penasaran dengan anak-anak yang lain dari sang ayah, kemudian bertanya, Bagaimana hasilnya dengan anak yang lain? Hasil lagi, hasil lagi, celetuk sang ayah. Mungkin karena tidak tega, sang ayah kemudian meneruskan, setiap anak mempunyai potensi yang berbeda dan hasilnya juga jangan diharapkan sama antara anak yang satu dengan yang lain. Tetapi herannya peningkatan motivasi belajar kedua anak tersebut dimulai di umur yang sama yaitu sebelas tahun.

Sekarang kata sang ayah kepada penulis, justru sang ayah yang takut akan motivasi anaknya karena anaknya sering bangun sebelum pukul empat pagi hari karena selalu cemas hasil belajarnya kurang cukup. Terpaksa ayahnya bernyanyi lagi:

"Good … Better ... Best
Don’t let us rest
Until your good becomes your better
And your better becomes your best."

Usaha terbaikmu anakku, usaha terbaikmu. Setelah melakukan itu jangan cemas akan hasilnya, demikian kata sang ayah kepada anaknya.

Pada waktu makan malam, acara favorit keluarga, sang ayah masih terus bercerita dan bernyanyi berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun tanpa kenal lelah dan tanpa berharap terlalu banyak kepada hasil seperti matahari yang pasti akan terbit dan terbenam.

(Berdasarkan cerita nyata dalam sebuah keluarga)


http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4599363178137613038

Strategi Anak Suka Matematika

Matematika lazimnya menjadi momok bagi anak-anak di sekolah. Banyak anak yang mengeluh apabila ulangan atau ujian matematika tiba. Sebagai orangtua, ada banyak cara dan tip melatih anak agar lebih menggemari matematika. Apabila diterapkan sedini mungkin, ketakutan anak dapat berubah menjadi hobi. Cobalah.

Kunjungi sekolah anak.

Usahakan bertemu langsung dengan guru matematika di kelas dan cari informasi apakah anak anda cukup aktif dalam pelajaran matematika di kelas. Apabila ada masalah, fokuskan bersama dengan guru dalam menentukan strategi mengajar dirumah agar kesulitan anak dapat terpecahkan.

Jangan menetapkan target belajar yang terlalu rendah.

Tantanglah anak anda untuk menguasai matematika lebih baik. Rangsang minat anak anda dalam bidang matematika. Salah satu caranya adalah menetapkan target yang cukup tinggi. Contoh, begitu lulus SLTP, misalnya, anak diharuskan paham konsep aljabar dan geometri.

Tunjukkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Kurangnya minat anak dalam matematika seringkali disebabkan anak merasa tidak ada koneksi antara matematikan yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Pandangan itu harus diubah. Cobalah tunjukkan betapa matematika ada di mana-mana. Dari statistik nilai pertandingan sepakbola di Liga Inggris, kadar vitamin dalam susu, jumlah bensin yang harus di isi dalam perjalanan Jakarta Bandung, dll.

Tumbuhkan minat anak pada teknologi.

Rangsang minat anak agar lebih menggemari teknologi dengan menyenangi kalkulator dan komputer.

Mainkan Permainan Yang Menumbuhkan Kemampuan Mengambil Keputusan dan Logika.

Bermain adalah dunia anak-anak. Saat ini, baik permainan tradisional maupun modern banyak yang melatih kemampuan anak dalam mengambil keputusan dan strategi serta logika. Orangtua dan anak dapat memilih mulai dari permainan tradisional seperti lompat tali, kartu, hingga mainan modern seperti game di komputer, balok, dan puzzle.

Tunjukkan bahwa anda juga menggemari matematika.Apabila orangtua sangat menyenangi matematika maka besar kemungkinan anak juga akan mengikutinya. Karenanya jangan tunjukkan di depan anak-anak bahwa anda membenci hitung-hitungan atau berkata bahwa matematika itu susah. Perkataan dan tindakan anda menentukan masa depan anak.